Aku dan UMAKA, sebuah cerita

By:Antonius Priyagung Limasono (Agung Padi) 2012
Aku masih ingat benar bagaimana aku dipertemukan dengan UMAKA. Siang itu, aku hanya berniat untuk melakukan registrasi perkuliahan di UNSOED sebagai langkah awalku dalam memasuki gerbang pendidikan baru yang “kata banyak orang (termasuk orang tuaku)” akan membawaku menjadi “lebih berpengaruh” terhadap dunia (walaupun kecil pengaruhnya wkwkwk) . Di tengah hiruk-pikuk keramaian itu, Aku merasa sendirian dan hanya berharap pada Tuhan ini semua akan cepat berakhir dan aku dapat kembali ke rumah dengan selamat. Namun Tuhan belum juga mendengarkan keluh-kesahku, Ia justru membawaku ke tempat yang dinamakan “stand UMAKA”. Awalnya aku sama sekali tidak tertarik untuk masuk UMAKA. Maksudku “awalnya”. Singkat cerita, seiring berjalannya waktu, UMAKA mampu mengubah pola pikirku tentang “keluarga” dan sekarang aku baru dapat bersyukur dan percaya pada semua rencana Tuhan.
Tahun pertamaku bergabung dengan UMAKA, aku masih “struggle” beradaptasi dengan budaya UMAKA. Aku tidak berani mengajak bicara teman-temanku dan aku hanya bisa diam ketika ditanya. Aku merasa tak dapat bergaul. Hal ini aku rasakan karena suatu hal yang tidak mengenakkan dalam hidupku (kalo yang ini maaf ga perlu diceritain yaa, kisahnya terlalu menyedihkan buat aku). Lanjut, Aku adalah seorang katolik yang tidak taat, seluruh ibadah yang aku lakukan selama ini (sebelum masa perkuliahan) hanya kuanggap sebagai formalitas dan parahnya lagi aku jarang sekali berdoa (hanya saat misa mingguan itupun sering bolong hehe Jpeace). Namun demikian, UMAKA tidak meninggalkanku dan entah mengapa yang selalu kurasakan UMAKA selalu berusaha dan mengupayakan aku untuk bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Usaha konkret UMAKA dalam hal itu yang paling kuingat adalah ketika penerimaan pengurus baru. Aku sungguh tidak menyangka, aku dipilih menjadi pengurus UMAKA bidang kerohanian. Bayangkan seorang yang tidak rajin ke gereja dan pernah ikut PPA bermodalkan “pelayanan semu” ini dapat menjadi pengurus bidang kerohanian UMAKA.
Di tahun-tahun berikutnya, aku masih menjadi pengurus UMAKA hingga sekarang dan aku tetap tidak menyangka sudah sejauh dan sedalam ini berkemelut di dalam UMAKA. Bagiku yang sejatinya tidak suka berorganisasi ini, UMAKA adalah sarana yang sangat baik untuk dapat mengembangkan potensi seseorang.
Hal terbaik yang aku dapatkan selama berkarya di UMAKA?? Aku pernah bekerjasama bareng orang-orang hebat di UMAKA. Baik secara langsung (dalam satu bidang kepengurusan/kepanitiaan) maupun secara tidak langsung (dalam antar bidang kepengurusan/kepanitiaan dan diluar kepengurusan). Teman-temanku di UMAKA semuanya hebat, kami saling berbagi masalah dan menemukan solusi bersama-sama. Intinya, kami saling belajar satu sama lain. Aku harap, teman-teman generasi UMAKA berikutnya dapat menjadi lebih baik dari aku.

Refleksi terbaruku mengenai UMAKA
“Aku menganggap UMAKA sebagai mata kuliah dengan SKS yang baru tiap harinya, bukan seperti mata kuliah dengan SKS yang telah ditentukan seperti pada sistem akademik.”

Well, sebenarnya masih banyak cerita-cerita yang pengen aku bagiin. . But, sekian dulu deh. . Bye (sepertinya berat meninggalkan kepengurusan ini, huhu)






Komentar